Monday, May 20, 2013

Ayo Daftar Beasiswa DataPrint 2013

Bagi pelajar dan mahasiswa, daftarkan diri kamu segera di program beasiswa DataPrint. Sebanyak 500 orang yang terpilih akan mendapatkan beasiswa dengan hadiah total ratusan jutaan rupiah!


Program beasiswa DataPrint telah memasuki tahun ketiga. Setelah sukses mengadakan program beasiswa di tahun 2011 dan 2012, maka DataPrint kembali membuat program beasiswa bagi penggunanya yang berstatus pelajar dan mahasiswa.  Hingga saat ini lebih dari 1000 beasiswa telah diberikan bagi penggunanya.

Di tahun 2013 sebanyak 500 beasiswa akan diberikan bagi pendaftar yang terseleksi. Program beasiswa dibagi dalam dua periode. Tidak ada sistem kuota berdasarkan daerah dan atau sekolah/perguruan tinggi. Hal ini bertujuan agar beasiswa dapat diterima secara merata bagi seluruh pengguna DataPrint.  Beasiswa terbagi dalam tiga nominal yaitu Rp 250 ribu, Rp 500 ribu dan Rp 1 juta. Dana beasiswa akan diberikan satu kali bagi peserta yang lolos penilaian. Aspek penilaian berdasarkan dari essay, prestasi dan keaktifan peserta.

Beasiswa yang dibagikan diharapkan dapat meringankan biaya pendidikan sekaligus mendorong penerima beasiswa untuk lebih berprestasi. Jadi, segera daftarkan diri kamu, klik kolom PENDAFTARAN pada website Beasiswa DataPrint.

Caranya lihat gambar di bawah ini :




Pendaftaran periode 1 : 1 Februari – 30 Juni 2013
Pengumuman                : 10 Juli 2013

Pendaftaran periode 2   : 1 Juli – 31 Desember 2013
Pengumuman                : 13 Januari 2014

PERIODE
JUMLAH PENERIMA BEASISWA
@ Rp 1.000.000 @ Rp 500.000 @ Rp 250.000
Periode 1
50 orang
50 orang
150 orang
Periode 2
50 orang
50 orang
150 orang


Sumber informasi selengkapnya dapat lihat link di bawah ini :
http://dataprint.com
http://beasiswadataprint.com

Saturday, May 18, 2013

Membuka Password File PDF dengan Online

Trik Membobol/Menjebol/Unlock File Pdf Tanpa Software
Ingin membuka password file pdf berupa ebook tanpa bantuan software apapun dengan mudah bisa dilakukan secara online. Coba kunjungi alamat ini Unlock-pdf.com

Membuka Password Pdf Secara Online


Disana disediakan layanan gratis tanpa perlu registrasi lagi untuk meng-unlock file pdf yang berpassword.

Caranya tinggal klik "browse" untuk memilih pdf file yang ingin di buka passwordnya.
lalu centang "I agree to the Terms of Service below" dan klik "Unlock File". Selesai.

How to Unlock Pdf File Without Software

Potong File PDF dengan Google Chrome

Suatu saat saya di sms seorang  teman yang meminta bantuan untuk memotong halaman laporan keuangan (pdf). Setelah utak atik laptop 5 menit dapet juga caranya.. Dan berikut tutorialnya semoga dapat membantu.
Alat : Google Crome versi terbaru (saya pake versi 16), Adobe Reader X.

Cara :  
  1. Copy file yang akan dipotong ke sebuah drive. Dalam contoh ini saya menggunakan drive D.
  2. Buka Google Crome > klik pada addres bar “D:” tanpa tanda kutip > enter.
  3. Klik file yang kita copy tadi.
  4. Klik Icon Print yang ada di kanan bawah crome.
  5. Kemudian setting pengaturan : Ubah tujuannya ke “Cetak PDF” > pilih laman yang akan dipotong, misalnya saya akan memotong halaman 36-40 > klik Cetak.
  6. Pilih tempatnya untuk menyimpan file yang sudah dipotong > rename file agar tidak terjadi duplikat > klik save.
  7. Selesai..

Friday, May 17, 2013

Perbedaan & Persamaan Teori Kritis dan Postmo

PERBEDAAN TEORI KRITIS DAN TEORI POSTMO
  • Teori kritis mengkritik teori tradisional sbg teori yg brsifat disinterested, teori postmodern mengkritik teori modern dimana adanya ketidakpuasan di zaman modern.
  • Pola fikir modern antara lain: yang rasionalistik, yang fungsionalis, yang interpretif, dan yang teori kritis: yaitu dominannya rasionalitas.
  • Ciri khas teori kritis adalah pembacaan kritis dari dari berbagai segi dan luas. Sedangkan teori postmodern lebih ke segi modernitas
  • Tata fikir spesifik posmo adalah: kontradiksi, kontroversi, paradoks, dan dilematis. Posmo lebih melihat realitas sebagai problematis, sebagai yang selalu perlu di-inquired, yang selalu perlu di-discovered, sebagai yang kontroversial.

PERSAMAAN TEORI KRITIS DAN  TEORI POSTMO
  • Mengkritik teori terdahulunya, karena teori terdahulunya dianggap kurang puas dan kurang mengubah apa yang diinginkan.
  • Melakukan transformasi atau perubahan sesuai dengan kepentingan para pelaku sosial yang menjadi subjek teori, baik teori kritis maupun teori postmodern. Transformasi yang diharapkan lebih baik dari sebelumnya.
  • Teori kritis dan teori postmodern bersifat historis bukan ahistoris, artinya teori-teori tersebut dikembangkan berdasarkan situasi masyarakat yang konkret dan berpijak di atasnya
  • Tidak memisahkan antara teori dan prakteknya serta pengetahuan dari tindakannya.
  • Subjek dari teori kritis dan postmodernisme adalah pada masyarakat umum.
  • Teori kritis dan teori postmodern tidak hanya mau mendeskripsikan, menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan, mengkategorikan, mengatur, melainkan mau mengu-bahnya.

Aplikasi Dock Untuk Windows

Selamat Siang..
Hari ini saya mau posting tentang aplikasi yang dapat mempercantik tampilan windows kita. Awalnya saya melihat teman saya yang pakai aplikasi ini. Saya bertanya dengan beliau tapi sayang dia nggak mau menjawab pertanyaan saya. Mungkin pelit ya untuk berbagi ilmu.

Tapi saya tidak mau mempermasalahkan hal itu, yang ada menambah beban baru dan memperpanjang masalah. Akhirnya aku coba browsing sendiri walaupun kagak ngerti dengan aplikasinya, Saya coba utak-atik akhirnya ketemu juga walaupun tidak sama seperti yang ku inginkan tapi lumayan buat refresh mata. Hehe..

Berikut aplikasi dock untuk Windows XP, Windows 7 , Windows Vista :

1. RocketDock 
Rocket Dock adalah salah satu software untuk mempercantik tampilan windows XP, dan untuk meminimalisir jumlah ikon yang bertumpuk didesktop dan memindahkannya dirocket dock.

rocetdock

 Download RocketDock V.1.3.5


 2. Circle Dock Bar
3. Slider Dock
4. Nexus dock
5. stardock
6. object dock
7. Aqua dock

Membuka Proteksi Halaman Web/Blog Yang Tidak Bisa Dicopy

Ketika anda menemukan artikel yang anda cari di blog atau website, dan anda perlu untuk mengcopynya namun tidak bisa karena halamannya diproteksi, misalnya  artikelnya  tidak bisa dihighlight (diseleksi), atau tidak bisa diklik kanan, sehingga anda tidak bisa mengcopynya.

Umumnya proteksi tersebut menggunakan javascript, jadi untuk membuka proteksi tersebut yang kita lakukan adalah mendisable / mematikan javascript pada browsernya.

Berikut ini cara mendisable / menonaktifkan / mematikan javascript untuk browser Google Chrome, Mozilla Firefox
(Setelah Javacript dimatikan,  refresh  kembali halaman web atau blog yang diproteksi tadi).


Disable JavaScript pada Google Chrome

• Klik pada menu setting (logo tool di sebelah kanan halaman)
• Kemudian klik Options


• Pilih menu Under the Hood
• Klik pada Content settings

• Pada JavaSript, pilih Do not allow any site to run JavaScript



Disable Javascript pada Mozilla Firefox

• Masuk ke Menu Options













• Pilih Tab Content
• Lepaskan tanda Centang pada Enable JavaScript

• Klik OK



Saturday, April 27, 2013

Peranan Perencanaan Wilayah

TEMA :

“Perencanaan Wilayah Berada Dan Memiliki Peranan Penting Diantara Melayani Kebutuhan Masyarakat, Menjaga Kelestarian Lingkungan, Dan Dengan Memperhatikan Hak-Hak Pemilik Lahan”

Keberadaan perencanaan wilayah sangat dibutuhkan oleh masyarakat dikarenakan dengan perencanaan akan memudahkan segala sesuatu yang akan dilakukan dan mengantisipasi atau meminimalisir terjadinya  hal-hal yang tidak diinginkan  serta dapat membantu pengelolaan tata ruang wilayah guna mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu dapat merencana daerah kedepannya, dengan tetap memperhatikan potensi dan sumber daya yang dimiliki. Regional plans efektif dalam pengelolaan sumber daya daerah terpadu. Berbicara mengenai perencanaan wilayah berarti berbicara tentang perencanaan penggunaan ruang wilayah.

Tujuan dari perencanaan wilayah ini adalah untuk mendorong pengembangan wilayah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat berkeadilan sosial dalam lingkungan hidup yang lestari dan berkesinambungan melalui penataan ruang. Selain itu juga untuk membantu masyarakat yang masih tergolong marjinal agar dapat melepaskan diri dari berbagai belenggu keterbelakangan sosial, ekonomi, politik dan sebagainya.

Perencanaan yang baik adalah perencanaan yang dilakukan dengan tetap mendasarkan pada data dan informasi yang akurat, valid dan akuntabel dengan tetap mempertimbangkan sumber daya dan potensi yang dimiliki suatu daerah. Perencanaan yang baik akan mampu meminimalisir terjadinya permasalahan-permasalahan dalam pembangunan.

Perencanaan wilayah memiliki peranan penting yaitu diantaranya :


1.   Melayani kebutuhan masyarakat

Upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat untuk melakukan perubahan atau upaya mencegah terjadinya perubahan yang tidak diinginkan. Kebutuhan masyarakat adalah sumber dari terbentuknya program perencanaan wilayah. Apa yang direncanakan tentu berimbas pada kebutuhan masyarakat itu. Hasil dari perencanaan tersebut akan dinikmati oleh masyarakat itu sendiri. Jadi jelas bahwa perencanaan haruslah memperhatikan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat itu agar tidak terjadi kesenjangan dalam masyarakat tersebut. Dengan adanya perencanaan wilayah ini dapat melayani kebutuhan masyarakat akan menuju perubahan yang lebih baik.

Ketika akan melakukan perencanaan, yang perlu dperhatikan adalah harus mengetahui tata letak penggunaan lahan yang tepat agar tidak berdampak negatif pada masyarakat itu sendiri dan menggali informasi dalam penggunaan lahan tersebut.

Contohnya :

“Perencanaan lokasi proyek pendidikan di daerah terpencil”

Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dimana daerah yang sulit dijangkau oleh masyarakat luar dan minimnya perhatian dari pemerintah. Seperti lokasi sekolah yang sangat jauh dari tempat tinggal masyarakat tersebut. Banyak anak-anak di daerah tersebut yang tidak bersekolah. Akibatnya banyak masyarakat yang mengalami buta huruf dan berdampak pada rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, perencanaan wilayah sangat diperlukan dalam perencanaan lokasi proyek pendidikan di daerah terpencil. Kebutuhan masyarakat akan pendidikan perlu diperhatikan. Tujuan dari perencanaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan masyararakat akan pentingnya pendidikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.

2.   Menjaga kelestarian lingkungan

Sumberdaya alam mempunyai keterbatasan menurut ruang dan waktu. Oleh sebab itu diperlukan pengelolaan sumberdaya alam yang baik dan bijaksana. Antara lingkungan dan manusia saling mempunyai kaitan yang erat. Ada kalanya manusia sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, sehingga aktivitasnya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan di sekitarnya.

Kerusakan sumberdaya alam banyak ditentukan oleh aktivitas manusia. Banyak contoh kasus-kasus pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah serta kerusakan hutan yang kesemuanya tidak terlepas dari aktivitas manusia, yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Pembangunan yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak dapat terhindarkan dari penggunaan sumberdaya alam, namun eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mengindahkan kemampuan dan daya dukung lingkungan mengakibatkan merosotnya kualitas lingkungan.

Rencana pemanfaatan lahan di masa mendatang, misalnya untuk pembangunan infrastruktur, ekstraksi pertambangan, pembangunan modal baru, atau urbanisasi. Hal tersebut harus diperhatikan penggunaan lahannya dan dampak apa yang terjadi jika pembangunan itu dilakukan.

Perencanaan wilayah harus mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai kegiatan ekonomi dan penggunaan lahan di suatu wilayah  di masa yang akan datang. Dengan demikian, sejak awal dapat telah terlihat arah lokasi yang dipersiapkan untuk dibangun dan yang akan dijadikan sebagai wilayah penyangga. Juga dapat dihindari pemanfaatan lahan yang mestinya dilestarikan, seperti kawasan hutan lindung dan konservasi alam. Hal ini berarti dari sejak awal dapat diantisipasi dampak positif dan negatif dari perubahan tersebut, dan dapat dipikirkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengurangi dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif.

Contohnya :

a.       Perencanaan pembangunan infrastruktur jalan

Kita harus tahu letak dari pembangunan tersebut, apakah dapat menggangu struktur tanah atau berdampak yang lain dan bagaimana penempatan wilayah yang akan dibangun infrastruktur jalan tersebut. Langkah-langkah apa yang akan digunakan dalam pembangunan tersebut agar dapat meminimalisir permasalahan yang akan terjadi. Itulah sebuah perencanaan. Program tanpa perencanan takkan memperoleh hasil yang maksimal.

b.      Perencanaan Program Reboisasi di lahan kritis

Dengan perencanaan wilayah, kita harus memperhatikan tata letak daerah yang rawan dengan bencana seperti tanah longsor, banjir, dll. Oleh karena sebab itu perlu adanya program reboisasi dimana penanaman kawasan hutan lindung dengan tanaman hutan dan tanaman kehidupan yang bermanfaat yang dilaksanakan secara partisipatif oleh masyarakat setempat. Penanaman ini bertujuan untuk meningkatkan tingkat penutupan lahan yang optimal sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat setempat, sehingga tercipta keharmonisan antara fungsi hutan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Selain itu, mereboisasi dengan tanaman berekonomi tinggi yang bisa dimanfaatkan masyarakat. Salah satu tanaman yang rencananya akan disediakan itu misalnya bibit Karet. Diharapkan program ini yang nantinya diharapkan bisa memberikan nilai tambah bagi masyarakat, disamping itu juga untuk menghijaukan kembali lahan kritis.

3.   Memperhatikan hak-hak pemilik lahan

Timbulnya konflik dan sengketa pertanahan akhir-akhir ini dikarenakan semakin meningkatnya kebutuhan akan tanah/lahan untuk kebutuhan hidup dan kehidupan, sedangkan luas tanah/lahan relatif tetap tidak bertambah. Sehingga banyak rakyat yang memanfaatkan tanah-tanah yang ada disekitarnya untuk menopang kehidupannya.

Bagi kehidupan manusia lahan mempunyai arti yang sangat penting, karena setiap kegiatan yang dilakukan baik perseorangan, sekelompok orang, suatu badan hukum ataupun Pemerintah pasti melibatkan soal lahan, oleh karenanya itu sebagian besar dari kehidupan manusia tergantung pada lahan.

Kebutuhan manusia akan lahan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan mutlak. Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa kelangsungan hidup manusia baik sebagai individu maupun sebagai mahkluk sosial senantiasa memerlukan lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara melakukan hubungan dan memanfaatkan sumber daya tanah, baik yang ada di atas maupun yang ada didalam tanah/lahan. Lahan/tanah  bagi manusia dapat dinilai sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanen, karena memberikan kemantapan untuk dicadangkan bagi kehidupan di masa yang akan datang.

Kebutuhan akan lahan yang terus  meningkat, hal tersebut terjadi dikarenakan seiringnya pertumbuhan penduduk yang begitu cepat. Kebutuhan lahan untuk menampung berbagai aktivitas masyarakat yang terus berkembang sangat diperlukan upaya efisiensi pemanfaatan lahan melalui pengaturan alokasi berdasarkan rencana tata ruang. Hal tersebut dilakukan karena untuk menghindari terjadinya konflik. Selain itu juga dengan adanya hak-hak pemilik lahan untuk menghindari terjadinya pembangunan liar.

 
Contohnya ;

Disuatu daerah akan ada proyek pembangunan jalur lalu lintas kereta api. Namun daerah tersebut ada sebagian yang telah dihuni oleh masyarakat. Dari proyek tersebut tentu harus memperhatikan hak pemilik lahan antara PT KAI dengan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya konflik perebutan lahan yang sering terjadi di masyarakat akhir-akhir ini. Seperti kita lihat pernah terjadi di suatu daerah dimana terdapat banyak tanah aset PT KAI (Persero) yang tidak difungsikan lagi secara optimal, dikarenakan sebagian rel-rel kereta api tersebut dekat dengan pemukiman penduduk yang mengakibatkan sebagian tanah aset PT KAI (Persero) banyak yang telah dikuasai oleh masyarakat disekitarnya. Tentu permasalahan tersebut menjadi sebuah pelajaran bagi kita dalam melakukan perencanaan tata ruang suatu daerah.

Thursday, April 11, 2013

Definisi Persepsi

Persepsi pada hakikatnya adalah merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1956) persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.

Di dalam proses persepsi individu dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap, yaitu suatu kecenderungan yang stabil untuk berlaku atau bertindak secara tertentu di dalam situasi yang tertentu pula (Polak, 1976).

Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. (Meider, 1958). Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Dalam kehidupan sosial di kelas tidak lepas dari interaksi antara mahasiswa dengan mahasiswa, antara mahasiswa dengan dosen. Adanya interaksi antar komponen yang ada di dalam kelas menjadikan masing-masing komponen (mahasiswa dan dosen) akan saling memberikan tanggapan, penilaian dan persepsinya. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga dapat meningkatkan kapasitas belajar di kelas. Persepsi adalah suatu proses yang kompleks dimana kita menerima dan menyadap informasi dari lingkungan (Fleming & Levie, 1978). Persepsi juga merupakan proses psikologis sebagai hasil penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Persepsi seseorang akan mempengaruhi proses belajar (minat) dan mendorong mahasiswa untuk melaksanakan sesuatu (motivasi) belajar.

Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender

Bentuk-bentuknya adalah sebagai berikut :
  1. Marginalisasi (peminggiran) : Peminggiran terjadi dengan adanya asumsi perempuan lebih tidak mampu melakukan pekerjaan formal dibanding laki-laki.
  2. Subordinasi (penomorduaan): Perempuan dianggap lemah, tidak mampu memimpin, cengeng dan lain sebagainya, mengakibatkan perempuan ditempatkan menjadi nomor dua setelah laki-laki
  3. Stereotip (citra buruk) : Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya perempuan yang pulang larut malam adalah pelacur, jalang dan berbagai sebutan buruk lainnya. Anehnya perlakuan ini juga dilakukan oleh sebagian besar kaum perempuan terhadap kaumnya sendiri.
  4. Violence (kekerasan), yaitu serangan fisik dan psikis. Perempuan adalah pihak paling rentan mengalami kekerasan. Perkosaan, pelecehan seksual atau perampokan contoh kekerasan paling banyak dialami perempuan.

Konsep Gender dan Ketidakadilan Gender

Hal penting yang harus dipahami dalam rangka membahas masalah perempuan adalah membedakan antara konsep seks dan gender. Kedua konsep ini sering tumpang tindih satu sama lain karena dianggap sebagai suatu hal yang sama. Hal ini terlihat jelas dalam kamus bahasa Indonesia yang tidak secara jelas membedakan pengertian kata sex dan gender. Fakih (2008) menerangkan kedua konsep satu-persatu, pertama pengertian jenis kelamin adalah pembagian atau pemberian sifat dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, laki-laki adalah manusia yang memiliki penis dan memproduksi sperma sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan memproduksi sel telur. Alat-alat tersebut secara biologis telah melekat pada manusia jenis laki-laki dan perempuan selamanya, sehingga tidak bisa dipertukarkan satu sama lain. Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau merupakan kodrat dari Tuhan.

Konsep lain yaitu gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan terkenal lemah lembut, emosional dan keibuan, sedangkan laki-laki terkenal kuat, rasional, jantan dan perkasa. Ciri dari sifat antara laki-laki dan perempuan tersebut dapat dipertukarkan satu sama lain. Hal ini berarti suatu hal yang bisa terjadi jika laki-laki memiliki sifat lemah lembut dan emosional serta pada perempuan memiliki sifat sebaliknya. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan perempuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu serta berbeda dari satu tempat ke tempat lain, maupun berbeda dari satu kelas ke kelas lain, itulah yang dikenal dengan konsep gender (Fakih, 2008).

Perbedaan gender sebenarnya bukan suatu masalah sepanjang perbedaan itu tidak melahirkan ketidakadilan gender. Ternyata banyak terjadi ketidakadilan bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur dimana kaum laki-laki atau perempuan menjadi korban atas sistem tersebut (Fakih, 2008). Pemahaman tentang ketidakadilan gender dapat diperdalam melalui manifestasi yang ada. Manifestasi ketidakadilan gender yaitu marginalisasi yang berarti pemiskinan ekonomi, subordinasi yang berarti anggapan tidak penting dalam keputusan politik, stereotipe yang berarti pembentukan pola pikir negatif, kekerasan, beban kerja lebih panjang, serta sosialisasi ideologi nilai peran gender.

Terkait dalam hal pekerjaan perempuan di sektor produktif serta pola pengambilan keputusan dalam keluarga perempuan bekerja terdapat singgungan dengan stereotipe dan beban kerja mengenai masalah manifestasi ketidakadilan gender. Beban kerja memiliki keterkaitan dengan masalah tanggung jawab penuh para perempuan terhadap pekerjaan domestik rumahtangga, sekalipun perempuan itu bekerja di sektor publik. Stereotipe memiliki keterkaitan dengan sifat perempuan yang emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin. Berhubungan dengan keputusan dalam rumahtangga, para istri kebanyakan hanya menuruti apa perkataan suami karena keputusan-keputusan penting dalam keluarga sekalipun dilakukan dengan diskusi antara suami dan istri, peran suami cenderung lebih besar.

Keinginan kuat perempuan yang tidak hanya selalu berurusan dengan sektor domestik atau rumahtangga ternyata mendapat perhatian dari pembangunan yang pada akhirnya memperhatikan masalah gender. Pada awalnya pembangunan berusaha menjawab masalah kemiskinan dan keterbelakangan bangsa-bangsa di Dunia Ketiga, namun semakin lama semakin terlihat bahwa pembangunanlah yang mengakibatkan keterbelakangan kaum perempuan.

Peranan Gender dan Pembagian Kerja dalam Rumah Tangga

Sering dijumpai kasus mengenai pembagian kerja dalam rumahtangga apabila istri hanya sebagai ibu rumahtangga adalah istri hanya dapat berperan di sektor reproduktif dan suami berperan penuh dalam sektor produktif. Pembagian kerja tersebut merupakan suatu hal yang lazim terjadi pada mayoritas keluarga di Indonesia. Peran tersebut dapat berubah apabila suami bukan satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga. Hal ini berimplikasi kepada berubahnya peran istri yang sebelumnya hanya berperan di sektor domestik berganti atau mungkin menambah ke peran produktif atau sektor publik.

Berubahnya peranan perempuan tersebut mengakibatkan bertambahnya tanggung jawab yaitu sebagai pencari nafkah sekaligus ibu rumahtangga. Berdasarkan hal tersebut, akhirnya dikenal istilah peran ganda perempuan. Peran ganda perempuan tidak semata-mata mengubah pandangan masyarakat terhadap perempuan menjadi lebih baik, kenyataan yang ada adalah perempuan yang bekerja di sektor publik sebagian besar berada di bawah laki-laki. Pada sisi lain, perempuan yang bekerja di sektor publik ternyata masih menyisakan tanggung jawab lain yaitu keluarganya. Perempuan ternyata masih harus menyelesaikan pekerjaan domestik tanpa bantuan dan campur tangan laki-laki.

Gambaran mengenai tanggung jawab seorang istri atau perempuan dalam keluarga dapat dilihat melalui perannya sebagai istri dalam rumahtangga. Peran menggambarkan orang yang dapat mengatur perilakunya sesuai dengan perilaku orang-orang disekitarnya (Meliala, 2006). Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku, norma tersebut berasal dari kesepakatan berdasarkan hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat.

Moser (1993) dalam Mugniesyah (2007) mengungkapkan peranan gender adalah peranan yang dilakukan perempuan dan laki-laki sesuai status, lingkungan, budaya dan struktur masyarakatnya. Peranan gender mencakup :

1. Peranan produktif adalah peranan yang dikerjakan perempuan dan laki-laki untuk memperoleh bayaran atau upah secara tunai atau sejenisnya.

2. Peranan reproduktif adalah peranan yang berhubungan dengan tanggung jawab pengasuhan anak dan tugas-tugas domestik yang dibutuhkan untuk menjamin pemeliharaan dan reproduksi tenaga kerja yang menyangkut kelangsungan keluarga.

3. Peranan pengelolaan masyarakat atau politik, dibagi menjadi :

a. Peranan pengelolaan masyarakat atau kegiatan sosial adalah semua aktivitas yang dilakukan pada tingkat komunitas sebagai kepanjangan peranan reproduktif (bersifat sukarela dan tanpa upah).

b. Pengelolaan masyarakat politik atau kegiatan politik adalah peranan yang dilakukan pada tingkat pengorganisasian komunitas pada tingkat formal secara politik (biasanya dibayar dan dapat meningkatkan status).

Mugiesyah dalam Meliala (2006) menjelaskan peranan gender dipengaruhi oleh umur, kelas, ras, etnik, agama, lingkungan geografi, ekonomi, dan politik. Perubahan gender sering terjadi sebagai respon atas perubahan ekonomi, sumberdaya alam, dan atau politik termasuk perubahan berupa usaha-usaha pembangunan atau penyesuaian program struktural atau oleh kekuatan-kekuatan di tingkat nasional dan global. Soekanto dalam Meliala (2006) menjelaskan bahwa peranan merupakan hasil atau bentuk dari status yang dapat diukur dengan menghitung curahan waktu yang digunakan untuk setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu rumahtangga pada sektor produktif, reproduktif dan kemasyarakatan.

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu membutuhkan orang lain dan hidup di tengah-tengah masyarakat. Berada dalam masyarakat, membuat individu memiliki peran dan status. Peran perempuan yang bekerja sangat berhubungan dengan bagaimana menjaga keseimbangan antara tugas produktif, reproduktif dan kemasyarakatan. Pentingnya melihat peranan adalah karena peran mengatur perilaku seseorang (Meliala, 2006). Peranan membuat seseorang dapat meramalkan perbuatan orang lain pada batas tertentu. Individu yang memiliki suatu peran akan dapat menyesuaikan diri dengan individu lain dengan peran yang sama. Berdasarkan peranan-peranan individu dalam masyarakat inilah terjalin hubungan sosial.

Beban Ganda (Double Burden)


Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja diwilayah public, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah domestic. Upaya maksimal yang dilakukan mereka adalah mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Namun demikian, tanggung jawabnya masih tetap berada di pundak perempuan. Akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat ganda.

Segala bentuk ketidakadilan gender tersebut di atas termanifestasikan dalam banyak tingkatan yaitu di tingkat negara, tempat kerja, organisasi, adat istiadat masyarakat dan rumah tangga.
Tidak ada prioritas atau anggapan bahwa bentuk ketidakadilan satu lebih utama atau berbahaya dari bentuk yang lain. Bentuk-bentuk ketidakadilan tersebut saling berhubungan, misalnya seorang perempuan yang dianggap emosional dan dianggap cocok untuk menempati suatu bentuk pekerjaan tertentu, maka juga bisa melahirkan subordinasi.

Perbedaan gender akan melahirkan ketidakadilan yang saling berhubungan dengan perbedaan tersebut berikut tabelnya analisanya:

Keyakinan Gender
Bentuk Ketidakadilan Gender
Perempuan: lembut dan bersifat emosional
Tidak boleh menjadi manajer atau pemimpin sebuah institusi
Perempuan: pekerjaan utamanya di rumah dan kalau bekerja hanya membantu suami (tambahan)
Dibayar lebih rendah dan tidak perlu kedudukan yang tinggi/penting
Lelaki: berwatak tegas dan rasional
Cocok menjadi pemimpin dan tidak pantas kerja dirumah dan memasak

Gender dan beban kerja lebih berat Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran berdasarkan pendekatan gender dalam berbagai aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Anggapan bahwa perempuan bersifat memelihara, rajin dan tidak akan menjadi kepala rumah tangga, membuat seluruh pekerjaan domestik menjadi beban perempuan. Oleh karena itu perempuan menerima beban ganda, jika iapun harus membantu mencari nafkah. Sebagian perempuan juga mempunyai beban kerja berlebihan, yaitu tugas dan tanggung jawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, seorang perempuan selain melayani suami, hamil, melahirkan, menyusui, juga harus menjaga rumah, dan mengurus anak-anak. Disamping itu, kadang ia juga ikut mencari nafkah.

Analisa Data


ANALISIS DATA   
Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka langkah selanjutnya adalah data dianalis. Data mentah (raw data) yang sudah susah payah kita kumpulkan tidak akan ada artinya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dengan analis data lah data dapat mempunyai arti/makna yang dapat berguna untuk memecahkan masalah penelitian. 


Pada umumnya analisis data bertujuan untuk:
  1. Memperoleh gambaran/deskripsi masing-masing variabel
  2. Membandingkan dan menguji teori atau konsep dengan informasi yang ditemukan
  3. Menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan
  4. Mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau hanya berlaku pada kondisi tertentu.

Analisis data mempunyai posisi strategis dalam suatu penelitian. Namun perlu dimengerti bahwa dengan melakukan analisis tidak dengan sendirinya dapat langsung menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Menginterpretasikan berarti kita menggunakan hasil analisis guna memperoleh arti/makna.
Interpretasi mempunyai dua bentuk, yaitu: arti sempit dan arti luas. Interpretasi dalam arti sempit (deskriptif) yaitu interpretasi data yang dilakukan hanya sebatas pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan dan diolah untuk keperluan penelitian tersebut. Sedang interpretasi dalam arti luas (analik) yaitu interpretasi guna mencari makna dan hasil penelitian dengan jalan tidak hanya menjelaskan/menganalisis data hasil penelitian tersebut, tetapi juga melakukan intervensi (generalisasi) dari data yang diperoleh denagn teori-teori yang relevan denagn hasil-hasil penelitian tersebut.
Langkah-langkah analisi yang digunakan untuk pendekatan kuantitatif antara lain sebagai berikut:
  1. Analisis Deskriptif (Univariat)
Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Bentuknya tergantung dari jenis datanya. Untuk data numerik digunakan nilai rata-rata (mean), median, standar deviasi dan  inter kuartil range, minimal dan maksimal. 
  1. Analisis Analitik
a.       Analisis Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel dapat diteruskan analisis yang lebih lanjut. Apabila analisis hubungan antara dua variabel, maka analisis dilanjutkan pada tingkat bivariat. Misalnya ingin diketahui hubungan antara berat badan denagn tekanan darah. Untuk mengetahui hubungan dua variabel tersebut biasanya digunakan pengujian statistik. Jenis uji statistik yang digunakan sangat tergantung pada jenis data/variabel yang dihubungkan.
b.      Analisis Multivariat
Merupakan analisis yang menghubungkan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen.


Daftar bacaan:
Creswell, John. Research Design, Jakarta: KIK Press, 2002.
Gulo, W. Metodologi Penelitian, Jakarta: Grasindo, 2002
Priyono, Sutanto. Modul Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, 2001
Notoatmodjo, Soekidjo. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta, 2002.
Usman, Husini. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2004

Thursday, March 28, 2013

A Framework For Multilevel Organizational



A FRAMEWORK FOR MULTILEVEL ORGANIZATIONAL ANALYSIS IN DEVELOPING COUNTRIES
Mehdi Farashahi
Rick Molz

There is an ongoing debate over the transference of managerial and organizational skills, techniques, values and culture from developed countries to developing countries. We argue there is a false underlying assumption among academics in developed countries that the theoretical template of managerial and organizational attributes in developing countries is similar to what one finds in developed countries. Two key analytical insights are offered First, we explicitly differentiate organizational, environmental and cultural characteristics of developed and developing countries. Second, we apply Scott's (1992) natural/ecological level of analysis to create a framework to better carry out organizational analysis in developing countries. 


INTRODUCTION

As business activities become more international and geographical borders between countries become less and less relevant, closer and more frequent interactions among organizations, firms, industries and institutions occur both within and between countries (Lindholm 2000; Morosini et al., 1998). Understanding how organizations adapt, resist or adjust to today's changing environment requires a close analysis of both internal and external factors. Viewing modern organizations and commercial enterprise as open systems, it is important to look both at their contexts, as well as their component units. Further, more than 70 percent of the world population lives in the developing countries, and it is in these countries where the majority of the world's natural resources and future market opportunities are located. Both practitioners and researchers have become more interested in understanding the social and business activities of these contexts. 

Relationships between environment and organizations have been explored from different theoretical perspectives, including neo-institutional theory (DiMaggio and Powell, 1983), and structuration theory (Barely and Tolbert, 1997). Institutionalists have explored how organizations take their forms and behave according to forces from different institutional sources, including (1) global (Thornton, 1995), (2) national (Carroll, 1988; Cheng et al., 1998; Dacin, 1997), (3) specific geographic areas (Deephouse, 1996), (4) organizational fields (Austin, 1998; Davis, 2000), and (5) intra-organizational (Homburg et al., 1999). Most of the existing theoretical and empirical studies on organizations and management activities have been developed using samples from industrialized countries, or organizations established in these developed countries. Researchers have questioned the applicability of western theories on organizations and their management activities in developing countries (e.g. Clark, 1998; Gopinath, 1998; James, 1997). In their review on administrative theories of developing countries, Kiggundu et al. (1983) question the applicability of western theories in these contexts, particularly given the radically different macro environment. North (1994) and Olson (1992) argue that the successful national business systems of industrialized countries may not be appropriate in other parts of the world. Sullivan and Weaver (2000) argue one cannot assume theories and practices conceived in one culture are readily translated and implemented in other cultures. Scholars also have realized the limitations of applicability and universality of management and organization theories across cultures (e.g. Hofstede, 1980). 

This implies the need for an appropriate theoretical framework for understanding organizations and their management activities in non-western countries. This paper provides an approach in developing these theoretical frameworks. It begins with the basic assumptions of western theories. A matrix is built on the Scott's (1992) rational-natural system model to cluster these assumptions. The applicability of some of the basic western perspectives in developing countries' contexts is examined by comparing the nature of these contexts with the assumptions of those theories. Using the three dimensions of this matrix a set of propositions are developed for the characteristics of the most appropriate perspectives for understanding organizations and their activities in developing countries. Key to this approach for developing countries context is the importance of ecological level of analysis, which focuses on the relationship between organizations or class of organizations and the non-controllable external environment. 

The methodology used in this paper is a deduction process based on comparing the main assumptions of theories with the characteristics of the phenomenon to develop appropriate propositions. There are three major steps in our approach. In the first step, the major characteristics of the main phenomenon and its context (i.e. organizations and developing countries) are identified based on the corresponding literatures. These are put together to provide a clear perspective of the phenomenon. In the second step, various theoretical frameworks are grouped in a four-cell matrix based on their main assumptions and level of analysis. Finally, the main assumptions and level of analysis of theoretical frameworks grouped in each cell of the matrix are compared with the characteristics of the phenomenon and its context identified in the first step. The outcomes of this comparison process are the suggested propositions. 

This paper is organized as follows: Some of the common characteristics of national environments of developing countries are described in the first section. The next section elaborates on the nature of organizations and using different perspectives, leading to a newly defined matrix. The following section examines the implications of the new matrix, and argues that much of the comparative analysis between developed and developing countries focuses on the rational/individual or rational/structural level of analysis, ignoring Scott's (1992) natural theory of organizations, particularly at the natural/ecological level of analysis. Suggested guidelines for future theoretical and empirical studies are developed in the last section. 

The premise of this paper is this: in developing countries, the macro-environmental forces, especially at the national level, have the dominant role in shaping the nature of organizations and their activities. The complexity of organizations' actions in developing countries and the emergent nature of their goals make the natural open system perspectives the most appropriate approach for analyzing them. We argue the individual and structural levels of analysis are too limited to understand organizations in developing countries. Using an ecological level of analysis in a natural open system perspective to study organizations in developing countries will provide better understandings and theoretical frameworks.